Dari ad-Dhahak bin Muzahim, dia berkata,”Abdullah bin Mas’ud RA berkata,
“ Kalian itu
hanyalah seorang tamu. Sedangkan harta benda hanya sebatas pinjaman.
Maka, yang
dinamakan tamu itu adalah orang yang hanya ambil lalu,
sedangkan
barang pinjaman itu pasti akan dikembalikan lagi kepada pemiliknya.”
Itulah secercah percikan nasehat yang tulus iklas diucapkan Ibnu Mas’ud, salah seorang sahabat Nabi yang begitu dekat dan perangainya mirip Rasullulah Saw. beliau mengetengahkan arti kehidupan dunia, laiknya seorang tamu yang tidak menetap selamanya. Ada saat berpulang kembali ketempat tingalnya. Seorang tamu tidak bisa berbuat seenaknya. Tamu akan memperhatikan kenyamanan, tatakrama dan sopan santun yang harus dijunjung. Kepergianya akan meningalkan pesan baik atau kesan buruk.
Jadi, benarkah Ibnu Mas’ud, tamu hanyalah seorang yang sambil lalu bukan menjadikan persingahanya sebagai tempat menetap kemudian mukim selamanya disana, hanya sebentar sekali seolah tanpa terasa. Demikian adanya kehidupan di dunia, bukan tempat persaingan abadi, cepat atau lambat akan berpulang kembali kepada Ilahi.
Sedangkan karunia harta, kekayaan dan perniagaan tak ubahnya barang titipan, pinjaman yang suatu saat pasti akan diambil kembali oleh pemiliknya. Bila seseorang meminjam sesuatu sudah pasti sesuatu itu bukanlah haknya secara mutlak. Boleh jadi, saat-saat kita butuh, saat-saat kita benar-benar memerlukan tapi pemiliknya hendak mengambil, kita pun tak kuasa untuk menolak atau menahanya. Tingalah hati lapang yang mampu menghibur kedukaan.
Abdullah Ibnu Mas’ud, mengingatkan arti kehidupan dunia yang sementara, kemegahan duniawi tidak akan kekal. Karenanya, Ibnu Mas’ud amatlah membenci seorang yang menyia-nyiakan waktunya di dunia tanpa melakukan suatu apa, malas bekerja dan melakukan ibadah. Waktu yang singkat laiknya bertamu ini, harus dipergunakan untuk mengukir karya dan prestasi. Ibnu Mas’ud dengan tegas mengutarakan: “ sesunguhnya aku paling benci seorang yang mengangur tanpa mengerjakan perbuatan dunia maupun akherat.” (HR Ahmad dari al-Masayyid bin Rafi’)