JATUHNYA Pojok Benteng Timur Laut (Tanjung Anom)

 JATUHNYA Pojok Benteng Timur Laut (Tanjung Anom)



Tanjung anom merupakan sebuah benteng pertahanan Kraton Kasultanan Yogyakarta yang terletak di  Jl. Kemitbumen No.28/13, Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55131

Atau untuk mempermudah mencarinya Dari alun-alun utara, bergeraklah ke timur menyusuri jalan Ibu Ruswo. Di ujung jalan anda akan bersua dengan simpang empat unik. Disini lintasan jalan Katamso sebagai jalan utama sedikit melengkung di simpang empat ini kala mengarah ke selatan. Ada kisah tragis di balik lengkungan ini, yang terjadi tepat 220 tahun silam.

Dahulu di dekat persimpangan ini berdiri salah satu pojok beteng (bastion) keraton Kasultanan. Pojok beteng Tanjung Anom (Carey, 2016) namanya, ada pula yang menyebutnya pojok beteng Gondomanan atau pojok beteng timur laut. Keraton Kasultanan adalah sebuah istana berbenteng tembok (Baluwarti) dengan empat pojok beteng dan dan sejumlah plengkung (gerbang), semuanya dirancang untuk tujuan pertahanan. 

Dua seperempat abad silam, pojok beteng Tanjung Anom juga berperan sebagai gudang mesiu sekaligus pangkalan meriam Kasultanan yang paling kuat. Di masa itu Yogyakarta adalah kerajaan perkasa, berkekuatan 10.000 pasukan reguler. Belum terhitung segenap warganegaranya yang siap dipanggil sebagai pasukan cadangan jika diperlukan. Juga yang terkaya, dengan sedikitnya 6,5 trilyun rupiah (berdasar ukuran masa sekarang) tersimpan di pundi-pundi perbendaharaan negara.

Warga Yogyakarta mengenang peristiwa ini sebagai Geger Sepehi atau Geger Sepei, transliterasi dari Sepoy karena mayoritas anggota pasukan infrantri Inggris berasal dari tanah Sepoy (Benggala) di India.

Sebuah memoar perang Spoy 1812 dari seorang serdadu Inggris bernana Kapten Willian Thorn menyatakan bahwa :

1. Kraton atau kediaman Sultan Mataram dikelilingi oleh parit basah nan lebar (jagang) dengan jembatan jungkit

2. Dinding benteng yang tebal dan kokoh dilengkapi dengan bastion [pojok benteng yang menjorok] dan diperkuat dengan seratus meriam.

3. Dalam pertempuran dua hari itu, Inggris berkekuatan sekitar 1.000 serdadu berseragam merah, yang terdiri atas serdadu asal Sepoy India dan serdadu Eropa. Jumlah itu masih ditambah 500 prajurit Legiun Pangeran Prangwedono asal Mangkunagaran, Surakarta.

4. Sementara, menurut Thorn, terdapat sekitar 17.000 prajurit Keraton yang bersiaga di dalam baluwarti (tembok keraton).

5. Tembak-menembak antara Benteng Vredeburg—sebagai kubu pertahanan Inggris—dan Keraton sebenarnya sudah dimulai sejak 18 Juni sore. Menurut Thorn, benteng ini, “hanya sedikit meninggalkan bubuk mesiu dari pabrik mesiu lawas tinggalan Belanda, sangat buruk,” ungkapnya, “sehingga tembakan kami ibarat hanya menghibur (pemanasan)

6. Sebenarnya ini hanya taktik mengulur waktu, karena Inggris masih menanti bantuan tambahan pasukan Letnan Kolonel Alexander MacLeod yang tengah berangkat dari Salatiga menuju Yogyakarta. Pasukan susulan itu baru tiba pada esoknya, dan langsung menggempur Keraton.

7. Pertahanan Sultan yang paling kuat dengan meriam-meriam bermulut ganda berada di kawasan Alun-alun utara. Namun, tampaknya Inggris tidak menempatkan kawasan ini sebagai serangan utama, melainkan serangan pengecoh. Jadi Inggris justru menghindari masuk dari titik nol ke selatan lewat gapura pangurakan, melainkan lewat sebelah timur, menyusuri lembah Code lalu ke pojok beteng Tanjung Anom (timur laut).

8. Serangan utama Inggris tertuju pada sisi timur baluwarti—kini sepanjang Jalan Brigjen Katamso. Gempuran tersebut dilakukan oleh Kolonel James Watson yang membawahi Resimen Infanteri ke-14, Buckinghamshires. Mereka mendekati bastion timur laut dengan dilindung penembak-penembak Inggris.

9. Bastion timur laut (Tanjung Anom) tempat gudang mesiu prajurit Sultan berhasil diledakkan oleh serdadu sepoy di bawah komando Watson. Tampaknya ledakan penyimpanan bubuk mesiu itu sangat dahsyat. Setelah ledakan, pertahanan baluwarti mulai mengendur sehingga mereka berhasil menurunkan jembatan jungkit di gerbang utama Kadipaten (pintu masuk ke plengkung Wijilan, arah istana Sawo Jajar, Kadipaten tempat Adipati Anom/putra mahkota).

10  Akibat ledakan itulah bastion timur laut itu rusak berat dan hingga hari ini pertahanan baluwarti hanya menyisakan tiga bastion—warga menjulukinya dengan Pojok Beteng Wetan, Pojok Beteng Kulon, dan Pojok Beteng Lor. 

11. Plengkung Tarunasura/Pancasura, kini lebih dikenal dengan Wijilan, sebagai gerbang utama Kadipaten diserang oleh pasukan Letnan Kolonel Alexander MacLeod. 

Gerbang masih dijaga pertahanan kuat laskar Sultan. Para serdadu sepoy India berhasil menyeberangi jagang 3 meter lalu merayapi dinding Baluwarti dengan cara saling memanjat pundak temannya hingga mencapai celah baluwarti. Akhirnya, artileri tempur Inggris berhasil meledakkan gerbang itu.

12  Pasukan sultan mempertahankan tembok baluwarti dengan tembakan senapan dari bastion tenggara (pojok beteng kidul). Namun, akhirnya [bastion itu] takluk diujung bayonet. 

13. Kemudian, setelah beberapa pertempuran di sisi selatan baluwarti, serdadu Inggris berhasil membuka gerbang selatan, Plengkung Nirbaya atau Plengkung Gading. 

14. Berikutnya, serdadu sepoy dan Inggris berhasil membobol pintu gerbang barat, Plengkung Jagabaya atau Plengkung Tamansari. 

15. Pertahanan baluwarti terakhir yang mampu dipertahankan laskar Sultan adalah bastion barat laut (pojok beteng lor), kemudian pasukan sultan mereka menyelamatkan diri ke sebuah masjid di luar baluwarti. Tampaknya yang dimaksud Thorn adalah Masjid Besar Kauman.

Perang Spoy atau Geger Sepehi berlangsung dari Jumat-Sabtu, 19 dan 20 Juni 1812, 

Disarikan dari Sumber : 

*Memoir of The Conquest of Java/William Thorn; 1815 (London)

*National Geography Indonesia

* https://alif.id/

* https://web.facebook.com/sejarahjogja

Gambar : tropenmuseum


Subscribe to receive free email updates: