Suara Hati Bunga


PERKENALKAN namaku Bunga. Aku anak kelas tiga SD di salah satu sekolah dasar negeri, tidak jauh dengan kediaman orang nomor satu di Indonesia sekarang. Sama seperti hari-hari kemarin sebelum dan sepulang sekolah. Aku langsung membantu ayahku bekerja. Aku tidak langsung pulang kerumah, karena Aku memang tidak punya rumah. Iya, kami sekeluarga – aku dan ayahku tidak punya rumah. Kami tinggal di atas gerobak.

Hari ini ngapain ya, enaknya? Nah! Aku ada ide. Aku mau tulis surat buat pak presiden aja deh! Walau Aku tahu dan paham tiada setetes hujan pun jatuh dari langit tanpa rencananya. Aku pun sadar bahwa hingga akhir titik tulisan ini, pikiran dan gerakan jemariku berada dalam kuasaNya. Karena sepertinya tiada lagi tempat di muka bumi ini yang pantas untukku mengadu, apalagi dikirimi surat. Makhluk di bumi sekarang sedang sibuk dan gandrung dengan situs jejaring sosial bernama twitter dan facebook.

Tuhan, negeriku ini engkau ciptakan sebagai negeri yang indah, luas, dan berlimpah kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Namun, sepertinya bersamanya pula engkau ciptakan masyarakat yang lunglai dan pemimpin kelas keledai.
Kata orang negeriku ini seperti negeri gagal ginjal terbalut demensia akut. Duh! Kasihan. Disini orang beramai-ramai menonton kekerasan dan ketidakadilan seperti memenuhi kebutuhan sandang. Setiap hari orang menisbatkan diri dengan mudah sebagai prajurit setan seakan tidak takut laknat Allah.

Terima kasih kuucapkan atas kesempatan yang engkau berikan kepadaku, hambamu yang kecil ini untuk bisa terus sekolah. Engkau ciptakan terik matahari yang panas. Ia telah kujadikan pembakar semangat untuk tetap sekolah. Engkau ciptakan angin malam dan debu jalanan. Ia pun telah ku jadikan selimut hati di malam dingin sebelum tidur.

Tepi jalanan adalah sahabat yang paling baik untukku saat ini. Bahkan kelaparan sudah
tak sanggup lagi memaksa air mataku tuk turun membasahi pipi. Senyumku terus mengembang, menghiasi gerobak aspirasi, penawar ayah yang lelah.

Yeay… Aku masih bisa sekolah!
Sstt… ayahku terbangun, ini pagi buta. Disaat orang-orang pergi jauh kedalam mimpinya. Saat teman-temanku lelap, hangat dalam pelukan dan sayang ibunda. Ini waktunya kami bekerja, mengorek sisa mengais sampah! Bersama embun, aku tulis surat ini buat saudariku se-Indonesia. [grupfacebookwanitasholehah]

Sumber : Islampos

Subscribe to receive free email updates: